Kamis, 22 November 2018

rupanya pssi lebih focus pada industri sepak bola. daripada prestasi timnas indonesia senior

rasanya memang sulit untuk membangun sepak bola indonesia. karena indonesia klub-klub secara keungan jaman dulu masih terjebak dengan apbn. ketika menteri gumawan fauzy memberikan aturan bahwa apbn tidak boleh untuk membiaya klub profesional akhirnya para klub sangat kebingungan untuk mencari sumber dana dari klub tersebut.

hanya arema yang dapat membiayai dirinya sendiri untuk mengaruhi kompetisi yang besar di indonesia. indonesia menjadi negara yang sangat besar untuk sepak bola dan biaya untuk mengaruhi kompetisi di indonesia sangat besar.

apakah salah edi. tetapi memang para voter pssi yang sering kali salah dalam memilih ketumnya , pemilihan yang salah ini dimulai dengan terpilihnya nurdin halid, dan johar arifin husain dan juga terakhir adalah bapak edi. ramayadi. kadang apa yang dilakukan suporter indonesia juga tidak adil karena menimpahkan semua kesalahan pada kegagalan tersebut pada sosok ketua.

belajar dari pengurus pssi yang selama ini selalu gagal.ratu thisna yang selalu menunjukkan keberhasilan indonesia . walaupun gagal. karena kegagalan adalah ketika mereka tidak berhasil mengadakan event yang ditawarkan oleh  fifa dan juga aff. ukuran-ukuran keberhasilan dan juga kegagalan pssi sendiri yang memintahnya. dan biasanya semua itu ada dramanya. kenapa setiap kali sepak bola indonesia mau maju ada saja masalahnya. siapa yang menciptakan masalah tersebut. tahun 2016 ketika kita mengikuti piala aff. setiap klub dan juga pssi sepakat untuk hanya memperbolehkan dua pemain dari masing-masing klun untuk


tetap focus pada pekerjaan. seperti tercatat dalam beberapa sejarah. ketika piala aff dulu hanya disiarkan oleh antv. semuanya tidak suka untuk menyiarkan sepak bola indonesia karena . tidak banyak penonton yang menonton sepak bola indonesia. ketika pada tahun 2004 dan indonesia hampir juara piala aff. pihak rcti akhirnya mengambil hak siar timnas indonesia. sejak saat itu pssi dan sepak bola indonesia sepertinya di mainkan hanya untuk meraih suara dan digunakan untuk mengkritik pemerintah saja. mulai dari gamal aziz yang merupakan politis dari hanura

pssi yang tidak bisa di sentuh oleh organisasi mananpun. pssi dalam memilih ketunya sering kali tidak melihat latar belakang dan bagaimana perjalanan pssi tersebut di lakukan. sepertinya yang menjadi exco hanyalah orang-orang tersebut bahkan tidak punya latar belakang sebagai pemain sepak bola. tidak mengherankan kalau akhirnya pssi hanya dijalankan sambil lalu saja.

kenapa voter dari pssi selalu memilih ketua yang salah. mulai dari nurdin halid dan juga ketua penggantinya yaitu jhohar arifin husain juga dan juga lanyala yang merupakan ketua dari pssi. tetapi sekarang ini para voter malah memilih ketua yang merupakan pangkostrad dan sekarang ini dapat amanah untuk memimpin pssi. sayang sekali ketika terjadi masalah dari pssi. banyak pihak yang meminta pak edi untuk keluar. dari kursi kepemimpina pssi tersebut sementara organisasi dari pssi sudah maju. terutama untuk kompetisi usia muda

kalau mau jujur kompetisi liga satu yang memang harus di tata ulang, sehingga jadwalnya tidak berbenturan dengan event - event internasional . dan penunjukkan pelatih yang kadang tidak sesuai ini menunjukkan bahwa pssi . masih belum bisa memisahkan antara politik dan juga sepak bola itu sendiri. apakah tidak ada sebuah dana yang dapat digunakan untuk membiayai pelatih yang berkualitas. seperti adanya luis milla yang sering di gadang-gadangkan untuk dapat membuat indonesia menjadi sepak bola yang lebih baik diantara negara-negara asia tenggara lainya






0 komentar:

Posting Komentar